Perputaran Ekonomi Super League Capai 10.4 trilliun

Liga Indonesia 07 Dec 2025 | marry | Dibaca: 5 kali
Perputaran Ekonomi Super League Capai 10.4 trilliun

Sepak bola Indonesia saat ini bisa dikatakan sudah menjadi industry tersendiri di tanah air.

I.League selaku operator resmi sepakbola Indonesia memaparkan perputaran ekonomi kompetisi Super League 2025/2026 mencapai Rp 10,4 triliun per musim.

Nominal ini tentunya menandai perkembangan signifikan sepak bola nasional, dari segi kompetisi dan sektor lainnya.

Angka itu menggambarkan besarnya aktivitas ekonomi yang digerakkan industri sepakbola, mulai dari klub, pemain, hak siar hingga UMKM.

Hal itu disampaikan dalam kegiatan Goes to Campus di Universitas Muhammadiyah Makassar, pada Jumat (5/12/2025).

Kegiatan tersebut menjadi bagian dari roadshow I.League untuk memperkenalkan ekosistem industri sepakbola kepada mahasiswa, sekaligus menunjukkan bahwa besarnya nilai ekonomi liga membuka banyak peluang karier di berbagai bidang, mulai dari media officer, marketing, data analyst hingga medical officer.

“Jadi tadi kan diinformasikan bahwa perputaran itu (ekonomi) mencapai Rp 10,4 triliun per musim,” katanya.

Corporate Shared Value Manager I.League, Hanif Marjuni mengatakan besarnya nilai ekonomi itu menunjukkan bahwa industri sepak bola kini menjadi ruang kerja yang semakin profesional.

"Di balik angka Rp 10,4 triliun itu, banyak profesi yang bisa digeluti teman-teman mahasiswa nantinya," ujar Hanif kepada wartawan.

Hanif menjelaskan bahwa perputaran ekonomi tersebut dihitung dari berbagai aktivitas yang berkaitan langsung dengan kompetisi.

Misalnya, UMKM, kontrak pemain, hak siar, operator dan profesi lain mendukung sepak bola.

Ditambah lagi ada Elite Pro Academy (EPA) serta sektor transportasi.

Nilai Rp10,4 triliun ini diprediksi Hanif akan terus meningkat. Sebab, setiap musim nilai kontrak per klub bertambah.

Selain itu, hasil hak siar, banyaknya sponsor dan e-board tutur memengaruhi.

“Nah itu juga sedikit banyak menambah pemasukan buat klub,” sebutnya saat ditemui dengan memakai jas berwarna abu-abu.

"Segala macam itu dihitung dari riset kami 2 tahun lalu, 10,4 triliun per musim," tegas Hanif.

"Prediksinya, tiap tahun angkanya akan bertambah, musim ini pasti sudah di angka 10 di atas," lanjutnya.

Hanif menyebut kenaikan nilai ekonomi itu dipengaruhi banyak faktor, mulai dari besarnya kontrak pemain di tiap klub hingga meningkatnya nilai sponsor yang mengalir ke kompetisi.

“Jadi intinya kita menjelaskan kepada teman-teman mahasiswa bahwa sepak bola sudah menjadi industry. Teman-teman mahasiswa mulai terbuka dan bisa menggeluti profesi di balik sepak bola,” tuturnya.

Ia menambahkan, kebutuhan tenaga profesional di industri sepak bola terus berkembang seiring meningkatnya standar kompetisi.

Menurut Hanif, berbagai posisi teknis dan pendukung kini menjadi elemen penting dalam operasional klub maupun liga, termasuk peran-peran yang berkaitan dengan teknologi pertandingan.